Renungan : Berdamai dan Bersyukur Dengan Rejeki

Tulisan kali ini bukan tentang tutorial atau tips & trik, hanya sebagai renungan untuk saya pribadi. Banyak pengalaman unik tentang pola pikir manusia yang saya amati beberapa waktu belakangan ini. Secara garis besar tentang rejeki, materi, ilmu atau pengalaman dan yang paling menjengkelkan menurut saya yaitu tentang komparasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

Rejeki, semua orang punya rejekinya masing-masing, dan saya percaya akan hal itu. Ada yang beranggapan, berbuat baik dapat melipatgandakan rejeki kita. Untuk poin ini, saya cukup percaya, saya sebagai umat hindu percaya dengan hukum karma phala alias hukum sebab akibat.

Banyak orang yang pola pikirnya, rejeki itu sebatas materi, tepatnya uang dan harta. Padahal, jika kita ingin mengorek dan melihat dari sisi yang berbeda, rejeki itu banyak bentuknya, contohnya ilmu/pengalaman, kesehatan, teman, umur yang panjang, jodoh, kelancaran dalam melakukan sesuatu dan masih banyak lagi sebenarnya. Ini tergantung dari cara berpikir kita dan bagaimana kita bersyukur.

Rejeki berupa materi, ini yang selalu terlihat wah di mata orang-orang dan entah kenapa, ini yang selalu diagung-agungkan oleh kebanyakan orang. Memang tidak bisa dipungkiri, sekarang itu zamannya uang. Apa-apa butuh uang. Sampai banyak yg memplesetkan, pancasila sila pertama, “keuangan yang maha kuasa”. Masalah poin yang ini, saya tidak bisa ngomong banyak, kenyataannya memang seperti itu.

Rejeki berupa ilmu atau pengalaman, ini yang kadang tak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Saya adalah satu orang yang mengagung-agungkan ilmu dan pengalaman. Entah kenapa, saya selalu kagum dengan orang yang mempunyai ilmunya tinggi dan pengalamannya segudang pada bidang tertentu. Dan saya akan lebih kagum lagi, jika orang tersebut mau berbagi tentang ilmu dan pengalamannya. IMHO, ilmu dan pengalaman adalah aset jangka panjang yang tak pernah habis. Karena bentuknya yang masih “mentah” dan harus diolah dulu dengan usaha, untuk menjadi sesuatu yang “matang”. Di dalamnya ada “proses” yang menurut saya, justru disanalah letak sisi menariknya. Proses memang seringkali lebih menarik dari hasil akhirnya.

Poin yang terakhir, tentang sifat manusia yang sering membanding-bandingkan satu sama lain. Tak ada satupun manusia yang senang dibanding-bandingkan. Saya kurang tau, apa framework-framework bahasa pemrograman yang sering-sering dibandingkan dengan yang lain jg merasakan hal yang sama, entahlah :p.

Jadi apa kesimpulan dari 4 poin di atas? Banyak orang selalu membanding-bandingkan rejeki orang lain. Ya, saya tau tidak nyaman. Apalagi membanding-bandingkan masalah gaji/pendapatan/sallary. Misal si A gajinya lebih kecil dari si B. Padahal orang-orang tidak tau, rejeki apa yang si A dapatkan di luar sana selain materi semata. Begitu juga si B, saya yakin ada rejeki lain yang tidak didapatkan si B, seperti yang didapatkan si A. It’s fair dude!!! Intinya berhentilah membanding-bandingkan orang, setiap orang itu unik. Posisikanlah diri kita, bagaimana jika kita yang dijadikan objek perbandingan.

Saya hampir 1 tahun ini sangat bersyukur, hidup saya tidak hanya monoton di depan laptop. Ingat beberapa tahun lalu, saya rasanya tidak mempunya kehidupan. Malam jadi siang, siang jadi malam. Bekerja terus seperti robot, hanya untuk mengejar uang yang tidak ada habisnya jika dikejar.

Sepanjang tahun 2015 ini, saya merasa lebih menjadi manusia, hidup seperti manusia normal. Bersosialisasi dengan teman-teman baru di club motor, mempelajari hal baru tentang otomotif, dan 3 minggu belakangan ini saya sedang giat-giatnya berolahraga serta mengatur pola makan yang acak-acakan. Untuk job freelance di luar kantor bisa dibilang jarang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ya, rejeki materi yang dilimpahkan kepada saya mungkin berkurang, tapi ada rejeki lain, berupa ilmu & pengalaman baru, teman baru, waktu yang lebih agar saya bisa berolahraga dan akhirnya saya mendapatkan rejeki kesehatan.

Banyak sebenarnya rejeki yang diberikan oleh Tuhan, terkadang kita hanya sering lupa bersyukur. Sudahkan teman-teman bersyukur hari ini?

2 comments